Oleh Emmy Kuswandari
Badan Pengurus Pusat, Perhumas. Memfasilitasi sejak 2017
|
Berkolaborasi dengan lead fasilitator membuat rancangan sesi dengan peserta pemangku kepentingan dari berbagai daerah sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik dengan keragaman peserta dari berbagai daerah.
Tahun 2020 adalah tahun yang berat bagi Indonesia karena dihadapkan oleh 2 krisis yang mengancam bersamaan, yaitu pandemi COVID-19 dan bencana alam. Krisis yang terjadi tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, namun juga ekonomi. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi minus 5,32%. Melambatnya aktivitas perekonomian berujung pada naiknya jumlah pengangguran. Di tengah ketidakpastian situasi ini, daerah juga harus bersiap dari potensi bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, dan longsor. Untuk bisa bertahan dan pulih, daerah perlu bekerja keras untuk menghadirkan opsi investasi yang dapat membangkitkan ekonomi lokal, melibatkan SDM lokal, dan memperhatikan keseimbangan lingkungan. Data menunjukkan bahwa saat ini realisasi investasi di Indonesia bulan Januari-September tahun 2020 mencapai Rp 611,6 T, 50,7% berupa PMDN dan 49,3% berupa PMA. Sektor yang paling banyak diminati oleh investor adalah Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi sejumlah Rp 108,4 T atau 17,7% dari total investasi yang masuk. 3 negara yang paling banyak menanamkan modal di Indonesia adalah Singapura, R.R. Tiongkok, dan Hong Kong RRT. Di sisi lain, saat ini banyak trend investor yang tidak hanya mementingkan profit tapi juga dampak yang dihasilkan baik dari sisi sosial dan lingkungan. Disadur dari laporan ANGIN “Investing in Impact in Indonesia”, Sektor yang paling banyak diminati adalah (1) makanan dan agribisnis, (2) keuangan, serta (3) sektor industri.
Ini saatnya daerah mulai serius menarik investasi yang lestari dan berkualitas. Investasi yang lestari dan berkualitas dapat didatangkan melalui pengolahan produk turunan berbasis komoditas sumber daya alam yang mengoptimalkan faktor pendukung lainnya seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Peluang produk turunan komoditas lokal basis SDA di pasar sangat besar, karena nyatanya saat ini 90% barang yang dijual di online marketplace adalah produk impor seperti produk makanan & minuman, kesehatan, kecantikan, serta industry dan teknologi. Nilai produk turunan di level global juga besar, misalnya potensi konsumer madu alam di level global yang dapat mencapai 9,79 T pada tahun 2020.
Namun, terdapat sejumlah masalah yang teridentifikasi terkait investasi di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah terkait sedikitnya opsi investasi yang lestari dan berkualitas, belum optimalnya kapasitas daerah untuk menarik dan mengelola investasi, serta minimnya informasi daerah yang dapat diakses oleh investor. Mengatasi tantangan tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memiliki 6 prioritas utama yaitu (1) perbaikan peringkat kemudahan berusaha; (2) realisasi investasi besar, (3) mendorong investasi besar bermitra dengan UMKM, (4) penyebaran investasi berkualitas, (5) promosi investasi terfokus berdasarkan sektor dan negara, (6) peningkatan investasi dalam negeri khususnya UMKM. Sebagai ujung tombak investasi di Indonesia, pemerintah Kabupaten perlu menyiapkan strategi dan amunisi untuk secara aktif menjemput investasi yang berkualitas. BKPM bekerjasama dengan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), dan asosiasi kabupaten untuk pembangunan lestari - Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) meluncurkan konsep Ekonomi Lestari bersama di awal tahun 2020 sebagai inovasi daerah untuk menjemput investasi berkualitas yang dicirikan dengan fokus pada kemitraan dengan pengusaha lokal dan pengembangan nilai tambah produk dan jasa. Ekonomi Lestari menyeimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi melalui lima pilar utama yakni perencanaan, kerangka peraturan, tata Kelola multipihak, pemantauan dan pelaporan serta portfolio program bersama – ilustrasi opsi investasi di daerah tersebut. Lima pilar tersebut hanya dapat dipenuhi apabila terjadi gotong royong lintas sektor, dinas dan pemangku kepentingan di tingkat daerah itu sendiri.
Program ‘Masterclass Investasi Lestari’ dirancang untuk mempersiapkan kabupaten dengan keahlian yang dibutuhkan untuk menjemput investasi dengan tepat sasaran berdasarkan lima pilar utama tersebut. Melalui program ini, daerah diharapkan dapat memiliki dasar kerangka berpikir, perencanaan dan kemampuan komunikasi untuk aktif jemput bola investasi. Keluaran dari kegiatan pelatihan ini akan menjadi modal daerah untuk mengikuti rangkaian Investment Summit dan Investment Roadshow baik yang dipersiapkan oleh BKPM Bersama APKASI dan LTKL maupun prakarsa swadaya dari daerah itu sendiri.
Kegiatan Masterclass Investasi Lestari ini bertujuan untuk :
Daerah yang beragam menjadi tantangan tersendiri. Terdiri dari Sanggau, Kapuas Hulu, Sigi, Aceh Tamiang, Fak-Fak, Keenan, Bolaang Mongondow. Selain itu masing-masing daerah terdiri dari unsur-unsur Bappeda, DPMPTSP, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan dan unsur swasta seperti KADIN, HIPMI, Apindo, UMKM dan koperasi.
Yang paling dasar adalah membuka wawasan peserta agar berpikir apa yang diinginkan investor. Ini penting karena selama ini stakeholder di daerah hampir selalu berpikir apa yang mereka miliki yang bisa dilirik investor.
Mengubah paradigma promosi apa yang dibutuhkan dunia usaha nasional dan internasional sesuai kebutuhan pasar.